Tema bebas tetapi terikat dengan mata kuliah perekonomian indonesia.
Nama : Yeniasari Rizkia Budi
Kelas : 1EB24
NPM : 27212802
PENGEMBANGAN AGRI BISNIS BAWANG MERAH
ABSTRAK
Seperti yang
kita ketahui kebutuhan manusia akan bahan-bahan pokok tidak dapat dihindari,
karena itu adalah salah satu kebutuhan pokok yang harus terpenuhi, apalagi
bawang akan terasa hambar bila masakan
tanpa adanya bawang. Oleh karena itu jika harga bawang naik maka para ibu rumah
tangga, restaurant, dan segala macam yang memasak makanan pasti sangat membutuhkan
adanya bawang.
PENDAHULUAN
Bawang merah
merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah
diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam
kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap
makanan serta bahan obat tradisional. Komoditas ini juga merupakan sumber
pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi
terhadap perkembangan ekonomi wilayah. Selama periode 1989-2004, pertumbuhan
produksi rata-rata bawang merah adalah sebesar 5,4% per tahun, dengan
kecenderungan (trend) pola pertumbuhan yang konstan. Konsumsi rata-rata bawang
merah untuk tahun 2004 adalah 4,56 kg/kapita/tahun atau 0,38 kg/kapita/bulan. Estimasi
permintaan domestik untuk tahun 2010 mencapai 976.284 ton, dimana 824.284 ton
diantaranya untuk konsumsi, 97.000 ton untuk benih, 20.000 ton untuk industri,
dan 35.000 ton diekspor. Analisis data ekspor-impor 1983-2003 mengindikasikan
bahwa selama periode tersebut Indonesia adalah net importer bawang merah,
karena volume ekspor untuk komoditas tersebut secara konsisten selalu lebih
rendah dibandingkan volume impornya.
Berbagai
indikator menyangkut status, potensi dan prospek pengembangan komoditas bawang
merah di atas secara implisit tidak saja menunjukkan sisi positif perkembangan
bawang merah, tetapi juga celah dan kesenjangan (sumber pertumbuhan produksi
bawang merah yang lebih didominasi oleh pertumbuhan areal serta peningkatan
impor yang semakin mengancam daya saing bawang merah domestik) yang perlu
mendapat perhatian lebih serius untuk segera ditangani.
LANDASAN TEORI
Salah
satu faktor utama yang dapat menentukan keberhasilan peningkatan produksi
bawang merah adalah ketersediaan benih/bibit bermutu. Produsen benih bawang
merah di sentra-sentra produksi biasanya adalah petani yang memiliki skala
usaha relatif luas atau petani individual yang menyisihkan sebagian hasil panen
untuk digunakan sebagai benih musim tanam berikutnya. Beragamnya pengetahuan
serta teknologi perbenihan yang berkembang dalam sistem tersebut menyebabkan
terjadinya variasi mutu benih yang tinggi. Secara umum, variasi mutu
benih/bibit dapat mengarah pada pencapaian produktivitas yang cenderung dibawah
potensi hasil.
Observasi
lapangan juga mengindikasikan bahwa sistem ini secara tidak langsung memungkinkan
terjadinya fluktuasi harga benih yang sangat tajam. Sistem produksi benih
non-formal dikenal sebagai jaringan arus benih antar lapangan dan musim. Sistem
ini menghasilkan benih tidak bersertifikat. Benih yang diproduksi melalui
sistem non-formal ditujukan untuk memenuhi kebutuhan petani dengan orientasi
pasar tradisional yang belum menuntut persyaratan mutu. Menyadari kenyataan
tersebut, alternatif pemecahan masalah benih yang dapat ditempuh adalah
memperbaiki kinerja sistem perbenihan informal atau di tingkat petani (informal or farmer-based
seed system).
PEMBAHASAN
Pengembangan
agribisnis bawang merah pada lima tahun mendatang diarahkan untuk: (a)
pengembangan varietas bawang merah setara kualitas impor sebagai salah satu
upaya substitusi (pengurangan ketergantungan terhadap pasokan impor), (b)
pengembangan industri benih bawang merah dalam rangka menjaga kesinambungan
pasokan benih bermutu, (c) perluasan areal tanam bawang merah sebagai upaya
antisipasi peningkatan konsumsi, dan (d) pengembangan diversifikasi produk
bawang merah dalam upaya peningkatan nilai tambah.
Program
utama pembangunan pertanian tahun 2005-2010 terdiri dari: (1) Program
peningkatan ketahanan pangan, (2) Program pengembangan agribisnis, dan (3)
Program peningkatan kesejahteraan petani. Upaya-upaya yang diambil sebagai
berikut: (a) menyediakan benih varietas unggul bawang merah kualitas impor
sebagai salah satu upaya substitusi (pengurangan ketergantungan terhadap
pasokan impor); (b) meningkatkan produksi bawang merah rata-rata 5,24% per
tahun selama periode 2005 – 2010, (c) mengembangkan industri benih bawang merah
dalam rangka menjaga kontinuitas pasokan benih bermutu; dan (d) mengembangkan
diversifikasi produk bawang merah dalam upaya peningkatan nilai tambah.
Strategi
yang ditetapkan untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut meliputi on-farm,
off-farm, kebijakan pemerintah, pemasaran dan perdagangan. Strategi
pengembangan di lini on-farm mencakup: perakitan varietas unggul, penguatan
sistem produksi benih sumber, pengelolaan hara dan air terpadu, pengendalian
hama penyakit terpadu, serta perbaikan mutu dan daya simpan produk. Strategi
pengembangan di lini off-farm diawali dengan perbaikan teknologi pengolahan
untuk mendukung pengembangan industri hilir bawang merah (skala rumah tangga
maupun industri), misalnya industri irisan kering, irisan basah/utuh,
pickles/acar, bawang goreng, bubuk bawang merah, tepung bawang merah,
oleoresin, minyak bawang merah, dan pasta.
Langkah-langkah
strategis di berbagai lini, pada dasarnya diarahkan untuk meningkatkan
efisiensi produksi, pengolahan, distribusi dan pemasaran bawang merah. Hal ini
perlu ditempuh dalam upaya mencapai kondisi ideal profil agribisnis bawang
merah masa depan yang memiliki karakteristik: (a) sebagai produsen dan
eksportir terbesar di Asia Tenggara, (b) sebagai sumber pendapatan tinggi bagi
semua partisipan di sepanjang rantai pasokan, (c) tingkat produktivitas tinggi,
serta (d) daya saing produk tinggi.
KESIMPULAN
Hasil
analisis mengindikasikan bahwa inovasi varietas unggul baru ke dalam sub-sektor
bawang merah Indonesia memiliki potensi dampak yang tinggi terhadap
kesejahteraan ekonomi masyarakat. Semua skenario yang disimulasikan untuk
varietas unggul bawang merah menghasilkam manfaat ekonomis tinggi (high economic
benefits). Tingkat adopsi varietas unggul baru bawang merah akan berpengaruh
besar terhadap besaran manfaat (magnitude of the benefits) dan pada gilirannya
akan bergantung pula kepada premium
benih/bibit yang harus dibayar petani.
Untuk
petani atau perusahaan benih/bibit, keuntungan akan meningkat sejalan dengan
semakin tingginya markups benih/bibit dalam kondisi tertentu, tetapi juga akan
menurun jika tingkat adopsinya lebih rendah. Dengan demikian, ada semacam
economic trade-off antara markup benih/bibit dengan tingkat adopsi.
DAFTAR PUSTAKA
www.bawang-bagian-bagian.pdf
0 Response to "Tema bebas tetapi terikat dengan mata kuliah perekonomian indonesia."
Posting Komentar