Tugas Tulisan (Jenis Cinta)

Jenis Cinta

Cinta dapat membawa seseorang kepada kebahagiaan yang hakiki. Tapi, kebanyakan manusia hanyut dalam arus cinta hingga mereka tenggelam dalam kesengsaraan dan penderitaan. Yang menjadi pertanyaan, cinta yang bagaimanakah yang bisa membawa kita pada kebahagiaan dan cinta yang bagaimanakah yang bisa membawa kita pada kesengsaraan ?
Ibnul Qayyim Al-Jauzy menyebutkan bahwa ada beberapa jenis cinta yang harus dibedakan agar tidak timbul persepsi yang salah.

1.      Mahabbatullah (cinta kepadaAllah)
Cinta kepada Allah adalah cinta yang sebenar-benarnya, cinta hakiki, dan merupakan kewajiban bagi kita untuk mewujudkannya. Tetapi, hanya dengan mencinta Allah saja tidak cukup untuk menyelamatkan kita dari siksa atau azab-Nya, karena orang-orang musyrik, para penyembah salib, umat yahudi, dan yang lainnya juga mencintai Allah.

orang-orang Yahudi dan Nasrani berkata, ‘kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya. ‘katakanlah, ‘Maka, mengapa Allah menyiksamu karena dosa-dosamu?”’ (QS.Al-Ma’idah : 18)

2.      Mahabbatu ma yuhibbullah (mencintai apa yang dicintai Allah)
Agar dapat memperoleh cinta dari siapa yang kita cintai, seharusnya kita mencintai apa yang ia cintai terlebih dahulu. Jenis cinta mahabbatu ma yuhibbullah atau mencintai apa yang dicintai Allah akan memasukkan seseorang ke dalam Islam dan mengeluarkannya dari kekafiran.kecintaan Allah terhadap seorang hamba berbanding lurus dengan kadar kecintaan jenis ini. Contohnya adalah cinta kepada Rasulullah saw dan cinta terhadap berbagai ibadah kepada Allah.

3.      Al-Hubbu fillah wa lillah (cinta karena Allah dan di jalan Allah)
Jenis cinta ini merupakan syarat dari kecintaan kepada apa yang dicintai oleh Allah (mahabbatu ma ma yuhibbullah). Mencintai apa yang dicintai Allah tidak akan lurus kecuali ia mencintai Allah dan di jalan Allah. Mari kita simak ilustrasi berikut ini.

Seorang muslim tentu mencintai Rosulullah saw. Akan tetapi, jika cinta ini tidak dilakukan di jalan Allah, tidak sesuai dengan tuntunan syariat, atau tidak mengikuti perintah beliau, cinta ini akan menjadi kemaksiatan bahkan kesyirikan. Di antara contohnya adalah kecintaan seseorang yang diungkapkan dalam syair berikut ini.

Wahai Rosulullah, sesungguhnya aku tidak berdaya maka berilah syafaat untuk diriku.
dirimulah harapanku untuk sembuh.
Wahai Rosulullah, jika engkau tidak menolongku kepada siapa lagi aku berlindung ?

Syair di atas merupakan contoh nyata kecintaa kepada Nabi Muhammad saw yang tidak diugkapkan dengan benar dan sesuai syariat. Cinta seperti ini tidak ada manfaatnya pada orang itu, kerena tidak dilakukan sesuai perintah Allah.

“Katakanlah, ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-A’raf : 188)

Contoh lainnya adalah kecintaan seorang Muslim kepada saudaranya yang dilandasi keimanan . berikut contohnya. Ada seorang lelaki yang mengunjungi saudaranya di suatu daerah. Lalu, Allah mengirim malaikat untuk mengintai perjalanannya. Ketika bertemu lelaki itu, sosok jelmaan malaikat itu bertanya, “Kau mau kemana ?” Lelaki itu menjawab, “Aku ingin menemui saudara seagamakuyang ada di daerah ini.” Malaikat bertanya lagi, “Apakah kau mengharapkan tambahan nikamat dunia dengan menemuinya ?” Dia menjawab, “Tidak, aku hanya ingin mengunjunginya. Aku mencintainya karena Allah.” Malaikat itu pun berkata, “Sesungguhnya aku dikirim  oleh Allah untuk menemuimu dan memberitakan kepadamu bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kau telah mencintai saudaramu karena diri-Nya.”

Kisah di atas merupakan bukti cinta kepada Allah dan di jalan Allah. Pemuda tersebut mencintai saudaranya bukan karena hal-hal yang bersifat duniawi,namun dilandasi keimanan terhadap Allah SWT. Begitu juga cinta terhadap lawan jenis, harusnya dilakukan karena Allah, bukan yang lain. Karena, sesungguhnya cinta kepada sang kekasih menuntut yang bersangkutan mencintai apa yang disukai oleh kekasihnya itu dan mencintai segala sesuatu yang dapat membantunya untuk dapat mencintai-Nya dan mengantarkannya untuk meraih kerelaan-Nya.

4.      Al-Mahabbah ma’allah (cinta yang mendua kepada Allah)
Maksudnya, kita mencintai selain Allah dan juga mencintai Allah dengan kadar yang sama. Tak diragukan lagi, ini adalah ‘cinta syirik’.  Setiap orang yang mencintai sesuatu dengan kecintaan yang sama kepada Allah, bukan dilakukan karena Allah atau di jalan-Nya, ia telah menjadikan objek yang dicintainya sebagai tandingan Allah.

Allah SWT berfirman, “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah ; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat besar cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah : 165)

5.      Al-Mahabbah ath-thabi’iyyah (rasa cinta yang manusiawi)
Untuk  cinta jenis ini, berbeda dari cinta jenis cinta sebelumnya, kita diperbolehkan memilikinya. Cinta jenis ini memiliki kesesuaian dengan watak dan naluri kita untuk mencintai. Orang yang sedang haus tentu mencintai air. Begitu pula orang yang lapar akan mencintai makanan.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikanmu dari mengingat Allah. Barangsiapa berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Munafiqun : 9)
Ini bukan cinta yang dicela, kecuali jika melalaikan kita dari mengingat Allah dan menyibukkan diri kita dari cinta kepada-Nya.

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binaang-binatang ternak, dan lading. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surge).” (QS. Ali-Imran : 14)

“Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cinta dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berhijad dijalan-Nya maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah : 24)

Demikian macam-macam cinta menurut Ibnul Qayyim Al-Jauzy yang beliau sampaikan dalam kitab Al-Jawabul Kahfi. Di buku lain, Ibnul Qayyim Al-Jauzy menerangkan kembali kategori-kategori cinta tersebut.

“Cinta yang bermanfaat itu terbagi menjadi tiga, yaitu mahabbatullah (cinta kepada Allah), mahabbah fillah (cinta di jalan Allah), dan mahabbah kepada segala sesuatu yang dapat membantu kita semakin taat kepada Allah dan menjauhi segala larangannya. Cinta yang membahayakan terbagi menjadi tiga pula, mahabbah ma’allah (mencintai sesuatu di samping mencintai Allah), mahabbah kepada hal-hal yang dibenci oleh Allah, dan mahabbah kepada sesuatu yang dapat memangkas cinta seseorang kepada Allah.

Kita tidak mungkin terlepas dari keenam jenis cinta ini. Mahabbatullah merupakan sumber segala cinta yang terpuji, merupakan dasar iman dan tauhid. Sementara dua cinta terpuji yang lain merupakan penyerta cinta jenis ini.

Mahabbah ma’allah (mencintai sesuatu di samping mencintai Allah) merupakan sumber kemusyrikan dan merupakan cinta yang tercela. Sementara dua cinta tercela lainnya merupakan penyerta cinta jenis ini.

 REFERENSI :


Tausiyahku (2014). Tausiyah Cinta. Penerbit : QultumMedia.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS