Peran Sektor Luar Negeri Pada Perekonomian Indonesia
Peran Sektor Luar Negeri Pada
Perekonomian Indonesia
1 . perdagangan antar negara
Mengingat
peran perdagangan antarnegara yang semakin penting dalam menunjang perekonomian
nasional, maka pemerintah perlu mengambil berbagai tindakan dan atruran berkaitan
dengan perdagangan antarnegara tersebut.
Tindakan dan aturan pemerintah itu tentu
dimaksudkan agar perdagangan internasional membawa dampak positif bagi semua
pihak di tanah air ini. Banyak tindakan dan aturan yang telah diambil dan
ditetapkan oleh pemerintah Indonesia dalam hal perdagangan internasional.
Berbagai tindakan dan aturan yang diambil pemerintah berkaitan dengan
perdagangan internasional ini selanjutnya disebut degan istilah kebijakan
perdagangan internasional.
Kebijakan perdagangan internasional yang
dilakukan pemerintah pada umumnya memiliki tujuan untuk:
1.
melindungi kepentingan ekonomi nasional dari pengaruh negatif
perdagangan internasional;
2.
melindungi kelangsungan hidup perusahaan dan industri di dalam negeri;
3.
menjamin ketersediaan lapangan kerja di dalam negeri;
4.
menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil;
5.
menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan kurs valuta pada umumnya;
6.
menjaga keseimbangan dan stabilitas neraca pembayaran inter-nasional.
Ada beberapa faktor juga yg mendorong
terjadinya perdagangan internasional / perdagangan antar negara , yaitu sbb :
a.
Faktor pendorong
terjadinya perdagangan antar-negara :
1. Adanya sumber kekayaan alam, iklim, letak geografis, keahlian penduduk, ongkos tenaga kerja, tingkat harga, struktur ekonomi dan sosial yang berbeda di setiap negara
2. Memperluas Pasar
Produk suatu negara tidak hanya untuk pasar lokal tetapi juga dapat dinikmati oleh pasar internasional.
Tujuan transaksi jual-beli internasional antara lain:
a. Mendapat barang dan jasa yang dibutuhkan.
b. Mendapat laba/keuntungan yang diharapan.
3. Mengimpor teknologi modern
4. Memperoleh manfaat dari spesialisasi
1. Adanya sumber kekayaan alam, iklim, letak geografis, keahlian penduduk, ongkos tenaga kerja, tingkat harga, struktur ekonomi dan sosial yang berbeda di setiap negara
2. Memperluas Pasar
Produk suatu negara tidak hanya untuk pasar lokal tetapi juga dapat dinikmati oleh pasar internasional.
Tujuan transaksi jual-beli internasional antara lain:
a. Mendapat barang dan jasa yang dibutuhkan.
b. Mendapat laba/keuntungan yang diharapan.
3. Mengimpor teknologi modern
4. Memperoleh manfaat dari spesialisasi
b.
Manfaat yang dimaksud
adalah negara tersebut dapat memperoleh barang dan jasa yang tidak bisa di
produksi sendiri.
Manfaat Perdagangan Internasional :
a. saling mendapat petukaran teknologi guna mempercepat pertumbuhan ekonomi
b. menjalin persahabatan
c. dapat membuka lapangan pekerjaan
d. dapat menambah jumlah dan kualitas barang
e. meningkatkan penyebaran sumber daya alam melalui batas negara f. dapat memperoleh barang yang tidak diproduksi di negeri sendiri g. memperoleh keuntungan dari spesialisasi produksi bagi tiap-tiap negara h. memperluas pasar hasil produksi i. meningkatkan devisa j. meningkatkan teknologi
a. saling mendapat petukaran teknologi guna mempercepat pertumbuhan ekonomi
b. menjalin persahabatan
c. dapat membuka lapangan pekerjaan
d. dapat menambah jumlah dan kualitas barang
e. meningkatkan penyebaran sumber daya alam melalui batas negara f. dapat memperoleh barang yang tidak diproduksi di negeri sendiri g. memperoleh keuntungan dari spesialisasi produksi bagi tiap-tiap negara h. memperluas pasar hasil produksi i. meningkatkan devisa j. meningkatkan teknologi
2.
Faktor-faktor yang mendorong perdagangan internasional
adalah :
1.
Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa di dalam
negeri
2.
Keinginan untuk memperoleh keuntungan dan meningkatkan
penerimaan negara
3.
Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi
4.
Adanya kelebihan kapasitas produksi dalam negeri
sehingga perlu perluasan pasar untuk menjual produk tersebut
5.
Adanya perbedaan kondisi di setiap negara sehingga
menyebabkan perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi
6.
Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang
7.
keinginan untuk menjalin kerjasama, hubungan politik,
dan dukungan dari negara lain
8.
Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu
negarapun di dunia dapat memenuhi kebutuhan hidup sendiri
Komoditas Impor Indonesia
Sementara itu dampak negatif dari
perdagangan internasional bagi perekonomian Indonesia antara lain:
1.
Timbulnya ketergantungan terhadap negara lain
Apalagi jika barang dan jasa yang dibutuhkan bangsa kita itu memang tidak bisa
diproduksi di dalam negeri, maka ketergantungan terhadap luar negeri akan
semakin tinggi. Akibatnya pemenuhan kebutuhan akan barang/jasa tersebut menjadi
sangat labil, terutama jika negara pemasok menghentikan pasokannya.
2.
Kemungkinan munculnya penjajahan ekonomi oleh negara lain
Apabila produk dalam negeri kita tidak mampu mengimbangi produkbarang-barang
impor (dari luar negeri), maka produk kita akan tersisih, dan pasaran dalam
negeri akan dikuasioleh produk barang-barang impor.
3.
Timbulnya eksploitasi sumber daya alam dan sumber dayamanusia
Untuk menghadapi persaingan produk luar negeri, pengusaha kita cenderung
melakukan eksploitasi terhadap sumber daya alam maupun sumber daya manusia
secara habis-habisan. Eksploitasi sumber daya ini pada akhirnya akan merugikan
bangsa kita sendiri, karena pengelolaan sumber daya menjadi kurang efisien.
Dampak Positif
Perdagangan Internasional
Berikut ini beberapa
dampak positif perdagangan internasional.
- Saling membantu memenuhi kebutuhan antarnegara
Terjalinnya hubungan di antara negara-negara yang
melakukan perdagangan dapat memudahkan suatu negara memenuhi barang-barang
kebutuhan yang belum mampu diproduksi sendiri. Mereka dapat saling membantu
mengisi kekurangan dari setiap negara, sehingga kebutuhan masyarakat terpenuhi.
- Meningkatkan produktivitas usaha
Dengan adanya
perdagangan internasional, kemajuan teknologi yang digunakan dalam proses
produksi akan meningkat. Meningkatnya teknologi yang lebih modern dapat
meningkatkan produktivitas perusahaan dalam menghasilkan barang-barang.
- Mengurangi pengangguran
Perdagangan internasional
dapat membuka kesempatan kerja baru, sehingga hal ini menjadi peluang bagi
tenaga kerja baru untuk memasuki dunia kerja. Semakin banyak tenaga kerja yang
digunakan oleh perusahaan, maka pengangguran dapat berkurang.
- Menambah pendapatan devisa bagi negara
Dalam kegiatan
perdagangan internasional, setiap negara akan memperoleh devisa. Semakin banyak
barang yang dijual di negara lain, perolehan devisa bagi negara akan semakin
banyak.
http://itshenis.blogspot.com/2012/05/perdagangan-antar-negara.html
2.
Hambatan Perdagangan Antarnegara
Hubungan perdagangan yang dilakukan setiap negara
dengan negara lain tidak selamanya berjalan dengan lancar karena tentunya akan
menghadapi berbagai hambatan. Hambatan-hambatan tersebut diantaranya:
1. Ancaman perang
Belum semua negara terbebas dari ancaman perang,
baik dalam negeri maupun luar negeri. Contoh perang dalam negeri biasanya
terjadi pada wilayah-wilayah tertentu seperti konflik yang terjadi di Aceh
dengan Gerakan Aceh Merdeka. Contoh ancaman perang luar negeri seperti yang
terjadi di Palestina. Sampai sekarang, masih terjadi perang dengan Israel untuk
perebutan wilayah. Ancaman perang baik dalam maupun luar negeri ini akan
berpengaruh pada hubungan perdagangan yang dilakukan oleh negara tersebut
dengan negara lain. Palestina kini dapat dikatakan vacum dalam hal hubungan
perdagangan internasional karena negara tersebut sedang dalam masa krisis
perang.
2. Perbedaan tingkat upah
setiap negara tentunya juga memiliki standar
masing-masing dalam menentukan upah di negaranya, salah satunya dalam hal upah
tenaga kerja. Agar hubungan perdagangan antarnegara dapat dijalin dengan baik,
tingkah upah sebaiknya disetarakan agar tidak ada perbedaan yang dapat
menghambat hubungan perdagangan itu sendiri.
3. Peraturan/kebijakan negara lain.
Biasanya peraturan/kebijakan negara lain tersebut
dibuat dalam bentuk proteksi, yaitu usaha melindungi industri-industri di dalam
negeri. Adapun bentuk-bentuk proteksi tersebut antara lain:
a. tarif dan bea masuk
Dikenakannya tarif/bea masuk yang tinggi bagi
barang luar negeri, akan mengakibatkan harga barang tersebut kalah bersaing
dengan barang dalam negeri
b. pelarangan impor
Produksi dari luar negeri sama sekali tidak boleh
masuk ke pasaran dalam negeri. Misalnya, harga sepatu buatan Indonesia jauh
lebih murah dibandingkan harga sepatu buatan Malaysia. Akan tetapi, karena
pemerintah Malaysia melarang impor, maka sepatu Indonesia tidak boleh masuk ke
pasar Malaysia.
c. pelarangan ekspor
Produksi dari dalam negeri sama sekali tidak boleh
dijual ke pasaran luar negeri. Misalnya, pemerintah Indonesia pernah melarang
ekspor rotan mentah ke luar negeri karena mebel rotan buatan Indonesia kalah
bersaing dengan mebel rotan buatan luar negeri. Padahal rotannya berasal dari
Indonesia.
d. Kuota
Pembatasan jumlah barang impor yang boleh masuk ke
dalam negeri.
e. Subsidi atau bantuan pemerintah
Dimaksudkan agar produsen dalam negeri dapat
menjual barangnya lebih murah, sehingga mampu bersaing dengan barang impor
f. Dumping
Kebijakan ini merupakan salah satu bentuk pembedaan
harga antara yang berlaku di dalam negeri dan di luar negeri. Negara yang
mengekspor barangnya ke pasar negara lain memberlakukan harga yang lebih murah
dibandingkan harga di dalam negeri sendiri. Contoh negara yang memberlakukan
dumping adalah Jepang.
Meskipun ada beberapa hambatan yang dihadapi oleh
negara untuk mengadakan hubungan perdagangan, hendaknya hambatan-hambatan
tersebut dapat diatasi agar dapat menciptakan hubungan yang kondusif. Kondisi
ini penting tercipta agar setiap negara dapat menjalin hubungan yang baik
dengan negara lain.
3.
Neraca Pembayaran Luar Negeri Indonesia
Neraca pembayaran (balance of payment atau BOP) adalah catatan sitematis dari semua transaksi ekonomi internasional (perdaganagn, investasi, pinjaman dan sebagainya) yang terjadi antara penduduk dalam negeri suatu negara dan penduduk luar negeri selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), yang biasanya dinyatakan dalam dollar AS.
Oleh
karena itu BOP sangat berguna karena menunjukkan struktur dan komposisi
transaksi ekonomi dan posisi keuangan internasional suatu negara.
Lembaga-lembaga keuangan internasional, seperti IMF, bank dunia dan
negara-negara donor juga menggunakan BOP sebagai salah satu indikator dalam
mempertimbangkan pemberian bantuan keuangan keapda suatu negara.
Selain
itu, BOP juga merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi
suatu negara di samping variable-variabel ekonomi makro lainnya, seperti laju
pertumbuhan PDB, tingkat pendapatan per kapita, tingkat inflasi, tingkat suku
bunga dan nilai tukar mata uang domestik. (Tulus, T.H. Tambunan, Dr., 2001).
1. SISTEMATIKA NERACA PEMBAYARAN LN
Tujuan utama pembuatan neraca pembayaran LN adlaah :
1) Agar
otoritas moneter pemerintah mengetahui kedudukan (hubungan) keuangan internasional,
2) Untuk
membantu membuat kebijakan moneter dan fisikal
3) Mengambil
kebijakan perdagangan dan pembayaran (hubungan keuangan internasional).
Transaksi
kredit adalah transaksi yang menimbulkan hak untuk menerima pembayaran dari
penduduk negara lain (tanda +). Transaksi debit adalah transaksi yang
menimbulkan kewajiban untuk melakukan pembayaran kepada penduduk negara lain
(tanda -) (Nopirin, 1990)
Pos-pos
dalam neraca pembayaran LN. menurut model Bank Indonesia
a. Transaksi
berjalan
b. Modal
diluar sektor moneter
c. Jumlah
(a + B)
d. Selisih
perhitungan C dan E, dan
e. Lalu
lintas moneter
Penyajian
neraca pembayaran LN menurut model IMF memuat pos-pos
a. Neraca
Barang dan Jasa
b. Hibah
c. Transaksi
berjalan (A + B)
d. Lalu
lintas modal (D1 – Di Luar Sektor Moneter dan L2 sektor
moneter)
e. Selisih
perhitungan
a. TRANSAKSI BERJALAN (CURRENT
ACCOUNT)
Transaksi berjalan meliputi : transaksi
perdagangan barang dan jasa, pendapatan hasil
invesasi (modal), dan transaksi unilateral.
Transaksi berjalan mengalami surplus
bila ekspor (barang dan jasa) lebih besar dari
impor (barang dan jasa). Sebaliknya akan mengalami defisit apabila impor lebih besar dari ekspor.
Sebelum krisis ekonomi 1997
transaksi berjalan kita cenderungan tiap tahun mengalami
defisit, karena :
1) Besarnya
pembayaran bunga pinjaman
2) Besarnya
pembayaran ongkos angkutan dan asuransi
3) Besarnya
pembayaran jasa-jasa lain. Defisit transaksi berjalan selalu diusahakan ditutup
dengan surplus pada neraca modal (lalulintas modal) melalui pinjaman luar
negeri.
Tahun-tahun sesudah krisis ekonomi
1997, transaksi berjalan selalu mengalami surplus,
karena :
1) Impor barang menurun dengan drastis
akibat melonjaknya kurs dolar AS
2) Ekspor barang cenderung terus
meningkat akibat merosotnya nilai tukar rupiah
b. MODAL DILUAR SEKTOR MONETER
Pos ini bisa juga disebut Neraca
Modal karena menyangkut transaksi modal, yaitu lalu lintas modal yang terdiri
dari : (1) lalu lintas modal pemerintah dan (2) lalu lintas modal swasta.
Transaksi modal meliputi penanaman modal
langsung, utang – piutang jangka panjang maupun jangka pendek, baik yang
dilakukan pemerintah maupun oleh swasta.
Lalu lintas modal pemerintah selama
tahun 1997-1999 mengalami saldo positif (+) karena : (a) penerimaan pinjaman
pemerintah meningkat dan (b) pelunasan pinjaman menurun akibat krisis ekonomi.
Lalu lintas modal swasta
menghasilkan saldo negatif (
- ) karena : (a) penanaman modal langsung (investor) menurun drastis akibat
capital flight, sedang, (b) lainnya (pelunasan/ angsuran utang LN ) melonjak
tinggi akibat jatuh tempo.
c. JUMLAH (A + B)
Pos ini merupakan perhitungan
antara saldo transaksi berjalan dengan saldo neraca modal (modal di luar sektor
moneter).
Pada tahun 1997, 1998, 1999 : saldo
transaksi berjalan (miliar $); -5,0, 4,1 dan 5,2. Sedangkan saldo neraca modal
(miliar $) berturut-turut 2,6,-3,9, -3,2. dengan demikian julmah (A + B) ;
$-2,4 miliar (1997) $0,2 miliar (1998) dan $2,0 miliar (1999)
d. SELISIH PERHITUNGAN C DAN E
Pos ini merupakan rekening
penyeimbang apabila nilai transaksi-transaksi kredit tidak sama dengan nilai
transaksi debit (selisih “jumlah A + B” dengan “lalu lintas moneter”). Dengan
demikian total nilai sebelah kredit dan debit akan selalu sama atau balance.
Hal ini disebabkan karena keadaan
tidak selalu memungkinkan adanya cukup pengetahuan untuk menghasilkan
pencatatan yang cukup sempurna mengenai transaksi internasional. Beberapa
rekening hanya merupakan dugaan saja. Rekening lain dilaksanakan oleh
perorangan, yang tidak seperti pengusaha bank, pedagang perantara, pedaganga
surat-surat berharga dan perusahaan besar, tidak melapor dengan teratur
mengenai kegiatan luar negeri mereka. Maka perlu menambah satu rekening (pos)
untuk kesalahan-kesalahan (errors and omission) agar terdapat keseimbangan ke
dua sisi dari neraca
e. LALU LINTAS MONETER
Transaksi (rekening) ini sering
disebut “accomodating” sebab merupakan transaksi yang timbul sebagai akibat
adanya transaksi lain. Transaksi lain disebut “autonomus” sebab transaksi ini
timbul dengan sendirinya, tanpa dipengaruhi oleh transaksi lain, seperti
transaksi berjalan, transaksi modal.
Perbedaan antara transaksi
autonomus debit dan kredit diseimbangan dengan transaksi “lalu lintas moneter”.
Yang termasuk dalam transaksi lalu lintas moneter adalah mutasi dalam hubungan
dengan IMF, pasiva LN, aktiva LN.
Defisit atau surplus neraca pembayaran dapat diketahui dari
rekening in (Nopirin, 1990).
Tahun1997 defisit $4,1 miliar
(tanda +), tahun 1998, 1999 masing-masing surplus -$2,3 miliar, $3,4 miliar.
2. ASPEK LIKUIDITAS NERACA PEMBAHARAN
LN
Tujuan kebijakan neraca pembayaran
LN berkaitan dengann aspek likuiditas dan aspek solvabilitas :
(1) Aspek
likuiditas : menyangkut tujuan jangka pendek
(2) Aspek
solvabilitas : menyangkut tujuan jangka panjang
Aspek likuiditas berkaitan dengan
posisi dan perubahan cadangan devisa. Pemerintah sangat peka terhadap posisi
dan perubahan cadangan devisa. Pemerintah menganggap bahwa posisi dan perubahan
cadangan devisa sangat penting, karena dua alasan :
(1) Kepercayaan penduduk Indonesia
maupun orang-orang luar negeri terhadap kurs devisa dan kebijakan ekonomi
pemerintah sangat dipengaruhi oleh perkembangan cadangan devisa. Sebab
menurunnya cadangan devisa bisa berakibat :
a. Terjadinya pelarian modal ke luar
negeri
b. Menurun/ berhentinya aliran m odal
jangka pendek dan jangka panjang
c. Keengganan negara donor menambah/
memberi bantuan
(2) Cadangan devisa dapat dipakai untuk
melakukann tindakan penyesuaiann menghadapi
fultuasi jangka pendek, sehingga memberikan tenggang waktukepada pemerintah untuk melakukan upaya
kebijakann penyesuaian yang diperlukan (Nopirin, 1990)
3. CADANGAN DEVISA
1) Devisa dan
Valuta Asing
Devisa (foreign exchange) menurut
pasal 1 UU No. 32/1964 adalah :
a. Saldo bank resmi dari Bank
Indonesia
b. Valuta asing lainnya tidak termasuk
uang logam, yang mempunyai catatan kurs resmi dari BI
Dari
ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian devisa mencakup baik
valuta asing dalam bentuk simpanan dibank maupun valuta asing dalam bentuk uang
tunai tidak termasuk uang logam), yang kedua-duanya mempunyai catatan kurs
resmi di Bank Indonesia.
Menurut UU No. 32/1964 dibedakan
tiga jenis devisa :
(1) Devisa ready, yaitu devisa yang
telah dikreditkan ke dalam rekening bank dan siap untuk dipergunakan
(2) Devisa
Ready, yaitu devisa yang belum dikreditkan ke dalam rekening bank dan masih
dalam proses penagihannya atau masih menunggu jatuh tempo untuk dapat
dipergunakan.
(3) Devisa
tunai, yaitu devisa yang berupa uang kertas asing atau bank note yang mempunyai
catatan kurs resmi pada Bank Indonesia.
2) Konsep Cadangan Devisa
Sesuai kesepakatan dengan IMF,
konsep pencatatan cadangan devisa oleh Bank Indonesia perlu disesuaikan dengan
metode yang dipakai secara internasional, yaitu balance of payment manual IMF
dan program special Data dissemination Standard (SDDS) IMF.
Maksudnya agar angka cadangan devisa Indonesia
mudah dimengerti oleh semua pelaku pasar internasional dan dapat
diperbandingkan dengan dta negara-negara lain sehinggga dapat memberi gambaran
yang lengkap kondisi ekonomi Indonesia.
Sejak Januari 1998 Bank Indonesia
mengubah konsep cadangan devisa resmi menjadi konsep aktiva luar negeri bruto
(gross foreign assets = GFA). Di samping konsep GFA, Bank Indonesia juga
mengumumkan posisi cadangan luar negeri bersih (net international reserve =
NIR)
Pengertian NIR adalah GFA dikurangi
kewajiban-kewajiban BI dalam valuta asing, yaitu :
a. Utang dalam valuta asing dengan
masa jatuh tempo sampai dengan 1 tahun (termasuk penggunaan dana pinjaman IMF)
b. Kewajiban bersih
valuta asing dalam rangka transaksi forward (net forward position)
c. Simpanan valuta asing bank-bank di
BI dalam rangka pemenuhan ketentuan GWM dalam valuta asing
4. HUTANG LUAR NEGERI
1) Penyebab Meningkatnya Utang LN
(1) Defisit Transaksi Berjalan (TB)
Lima tahun sebelum krisis ekonomi
(1992/1993 – 1996/1997) defisit TB masing-
masing tiap tahun (jutaan)
: $2,311; $2,740; $3,248; $6,757 dan $7,847. Untuk menutup defisit itu pemerintah melakukan pinjaman luar
negeri.
(2) Meningkatnya Kebutuhan Investasi
Hampir setiap tahun Indonesia
menghadapi delima invesment-saving gap. Selama tahun-tahun 1994, 1995, 1996,
jumlah dana tabungan (triliun) : Rp 56,2; Rp 69,0;; Rp 88,3; Sementara
kebutuhan investasi (triliun): Rp 71,4; Rp 96,4 dan Rp 119,6.
Hal ini mendorong meningkatnya
pinjaman LN, terutama pinjaman sektor swasta. Di samping kelangkaan dana,
meningkatnya utang LN juga didorong oleh perbedaan tingkat suku bunga.
(3) Meningkatnya Inflasi
Laju inflasi tiga tahun menjelang
krisis meningkat: 7,04% (1993/1994) ; 8,57% (1994/1995) dan 8,86 (1995/1996).
Hal ini mempengaruhi tingkat suku bunga, karena ekspektasi inflasi merupakan
komponen suku bunga nominal.
Suku bunga krdit di Indonesia
tinggi (1995/1996); kredit modal kerja 19,30%, kerdit investasi 16,39%,
sedangkan LIBOR 5,39% dan SIBOR 5,37%.
(4) Struktur perekonomian tidak efisien
ICOR
menapai 4,9 (1984 – 1993) yang seharusnya antara 3 – 3.5. Jadi ada pemborosan
sekitar 30%, karena tidak efisien dalam penggunaan modal, maka memerlukan
invetasi besar. Hal ini mendorong utang luar negeri.
2) Posisi Pinjaman Luar Negeri
Indonesia
Posisi ugang luar negeri Indonesia
pada akhir 1996/1997 secara kesellruhan mencapai $109,3 miliar.
(1) Posisi pinjaman luar negeri sebelum
krisis
Rincian
|
Posisi
31 Maret
1996
|
Posisi
31 Maret
1997
|
||
Miliar $
|
%
|
Miliar $
|
%
|
|
Pinjaman pemerintah
Bilateral 1)
Multilateral
Lainnya
Pinjaman swasta |
58,6
38,3
19,3
1,0
47,8
|
55,1
36,0
18,1
0,9
44,9
|
53,3
35,2
17,2
0,9
56,0
|
48,8
32,2
15,7
0,8
51,2
|
Jumlah
|
106,4
|
100,0
|
109,3
|
100,0
|
Sumber :
Laporan tahunan Bank Indonesia, 1996/1997
1) Termasuk
pinjaman lama dan fasilias kredit ekspor.
Dengan
semakin besarnya peran sektor swasta dalam perekonomian nasional, pangsa utangl
aur negeri sektor swasta juga semakin meningkat. Sedang percepatan pembayaran
utang pemerintah dimaksudkan untuk mengurangi beban utang luar negeri pada saat
utang swasta meningkat.
(2) Posisi Pinjaman Luar Negeri Sesudah
Krisis
Rincian
|
Posisi
31
Desember 1998
|
Posisi
31
Desember 1999
|
||
Juta $
|
%
|
Juta $
|
%
|
|
Pinjaman pemerintahSwastaBank
Non Bank
Surat Berharga
|
67.315
83.572
10.769
67.515
5.288
|
44,6
55,4
7,1
44,8
3,5
|
75.763
65.618
10.063
52.630
2.915
|
53,6
46,4
7,1
37,2
2,1
|
Jumlah
|
150.887
|
100,0
|
141.381
|
100,0
|
Sumber :
Laporan Tahunan Bank Indonesia, 1999
Peningkatan posisi utang pemerintah
akibat penarikan pinjaman multilateral dan pinjaman IMF serta dampak dari
menguatnya mata uang yen Jepang terhadap dolar Amerika Serikat.
Menurut jangka waktu utang swasta
non bank (akhir 1999) :
$ 46.7 miliar (84,1%) :
lebih dari 3 tahun (jangka panjang)
$ 3.1 miliar
( 4,7%) : lebih dari 1-3
tahun (jangka menengah)
$ 5.7 miliar
(10,3%) : lebih dari 1 tahun (jangka pendek)
3) Restrukturisasi Utang Luar Negeri
Indonesia
Tingginya beban pembayaran pokok
utang swasta non bannk berkaitan utang yang baru mencapai 14,5% dari $23,2
miliar.
Realiasi restrukturisasi utang luar
negeri Indonesia
Jenis |
Posisi
31-12-98
|
Komitmen
Restrukturisasi
|
Realiasi
Restrukturisasi
99
|
||
Miliar $
|
Miliar $
|
%
|
Miliar $
|
%
|
|
Pemerintah
Swasta
Bank
Nonbank
|
67.3
83.6
10.8
72.8
|
4.7
29.5
6.3
23.2
|
6,9
35,3
58,3
31,9
|
3.8
9.6
6.2
3.4
|
80,1
32,5
98,4
14,7
|
Total
|
150.9
|
34.2
|
22,7
|
13.4
|
39,2
|
Sumber :
Laporan Tahunan Bank Indonesia, 1999
4) Indikator Kelayakan Utang Luar
Negeri
Rasio beban utang luar negeri (DSR
= Debt Service Ratio) dan rasio total utang terhadap PDB tahun 1999
masing-masing mencapai 51,9% dan 108,5%.
Indikator beban utang luar negeri
Indonesia
Indikator
|
Persentase
|
Kriteria
Bank Dunia
|
|||
1996
|
1997
|
1998
|
1999
|
||
DSR
Posisi utang/ ekspor
Posisi utang/ PDB
|
34,0
179,5
48,9
|
44,6
207,8
63,6
|
58,7
262,0
145,8
|
51,9
240,0
108,5
|
20,0
130-220
50-80
|
Sumber:
Laporan Tahunan Bank Indonesia 1999
Beberapa indikator beban utang luar
negeri sudah berada di atas standar yang sehat. Beberapa rasio tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan Indonesia untuk memenuhi kewajiban luar negeri
menjadi sangat terbatas.
5. KURS VALUTA ASING DAN DEVALUASI
Sifaat kurs
valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar. Sifat pasar ada yang tetap,
berubah-ubah atau diawasi. Maka dikenal beberapa sistem kurs devisa:
1) Sistem Kurs Deivsa Tetap (Fixed
Exchange Rate)
Pada masa berlaku sistem standar
emas kurs antar valuta asing dikaitkan dengan kandungan (isi) emas yang ada
pada tiap mata uang asing (kurs sesuai dengan perbandingan berat emas yang
terkandung pada mata uang yang bersangkutan).
Pada standar kertas seperti
sekarang, yang dimaksud fixed exchange rate adalah suatu sistem devisa di mana
pemerintah menetapkan tingkat kurs mata uang negara tersebut dengan mata-mata
uang negara lain dan brusahauntuk mempertahankannya dengan berbagai kebijakan
secara sadar, seperti :
a. Tindkan-tindakan tidak langsung
berupa : (1) pembleian mata uang sendiri dengan mata uang asing oleh Bank
Sentral atau (2) sebaliknya penjualan mata uang sendiri apabila tingkat kurs
dipasar melonjak di atas tingkat kurs yang ditetapkan.
b. Tindakan-tindakan
langsung berupa penjatahan devisa pada tingkat kurs yang ditetapkan. Dalam hal
ini tidk ada “pasar devisa” dalam arti sebenarnya.
2) Sistem Kurs Mengambang (Floating/
Flexible Exchange Rate)
Pada sistem ini kurs satu mata uang
dengan mata uang lain dibiarkan untuk ditentukan secara bebas oleh
tarik-menarik kekuatan pasar.
Keuntungan sistem ini bahwa tingkat
kurs yang berlaku selalu sama dengan tingkat kurs keseimbangan, sehingga tidak
ada pasar gelap, tidak ada masalah surplus atau defisit neraca pembayaran
(Boediono, 1994).
3) Perencanaan Devisa (Exchange
Control)
Dalam sistem ini pemerintah
memonopoli seluruh transaksi valuta
asing. Tujuannya untuk mencegah aliran modal ke luar.
Menghadapi jumlah devisa yang lebih
kecil dibandingkan perminataan, maka pemerintah melakukan alokasi di dalam
penggunaannya yakni dengan melakukan multiple exchange rata.
Sampai
dewasa ini Indonesia menganut regim devisa bebas dalam arti setiap penduduk
bebas menerima, menyimpan dann menggunakan devisa.
Dalam
rangka melaksanakan sistem deivsa bebas, Indonesia telah mengesahkan
Undang-undang No. 24 tahun 1999 tentang lalu lintas Devisa dan Sistem Nilai
Tukar.
1) Sistem Devisa bebas
Undang-undang No. 24 tahun 1999 ini
menegaskan bahwa Indonesia tetap menganut sistem devisa, sehingga memungkinkan
setiap penduduk dapat dengan bebas memiliki dan menggunakan devisa yang
dimilikinya.
Prinsip devisa bebas tetap
dipertahankan dengan pertimbangann Indonesia masih memerlukan dana luar negeri
untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan yang belum sepenuhnya dapat dipenuhi dari
dalam negeri dalam rangka lebih mempercepat pembangunan. Selain itu, aliran
modal masuk tersebut juga diperlukan untuk menutup defisit transaksi berjalan
yang sebelum krisis mencapai sekitar 3% dari PDB.
2) Pelaporan Lalu Lintas Devisa
Sistem devisa bebas dapat
menimbulkan kerawanan-kerawanan terhadap kestabilan-kestabilan ekonomi bila
tidak disertai sikap kehati-hatian seluruh pelaku ekonmi dan tidak tersedia
data mengenai keluar masuknya modal ke Indonesia.
Karena itu dalam undang-undang ini
diatur mengenai pelaporan dan pemantauan kegiatan lalu lintas devisa:
a. Bank Indonesia berwenang meminta
keterangan dan data mengenai kegiatan lalu lintas devisa yang dilakukan oleh
penduduk.
b. Setiap
penduduk diwajibkan untuk memberikan keterangan dan data dimaksud, secara
langsung atau melalui pihak lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
c. Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.1/9/PBI/1999, mengatur kewajiban bank dan LKNB menyampaikan keterangan dan
data mengenai kegiatan lalu – lintas devisa, meliputi transaksi devisa, posisi
aset dan kewajiban finansial kepada Bank Indonesia.
3) Surat Edaran Bank Indonesia
No.1/9/DSM/1999 mengatur teknis pelaporan, antara lain memuat ketentuan sanksi:
(1) Terlambat melapor : Denda
Rp 5.000.000/ hari keterlambatan
(2) Tidak
menyampaikan laporan : Denda Rp 100.000.000 + denda
keterlambatan
(3) Laporan
tidak lengkap dan atau tidak benar : Denda Rp 100.000/
perkekurangan/tidak benar sampai max. Rp. 100.000.000,-
(4) Tidak menyampaikan laporan 6
periode berturut-turut atau paling lama 6 bulan.
DEVALUASI
Dalam
kenyataan kurs valuta asing tidak stabil karena kenaikan harga umum di suatu
negara berbeda dengan kenaikan harga umum negara lain (partner)
Rumus Teori
Purchasing Power Parity (PPP)
IHDx / IHDn
Pn-x = ------------------
IHFx / IHFn
Keterangan
:
Pn-x = Paritas Daya Beli Tahun s/d x
IHD = Indeks Harga Konsumen Dalam Negeri
IHF = Indeks Harga Konsumen Luar Negeri
n = tahun dasar
x = tahun x
Rasio
paritas yang semakin tinggi berarti kenaikan harga umum dalam negeri lebih
tinggi dibandingkan luar negeri. dengan kata lain terjadi penilaian lebih
(overvalue) terhadap mata uang dalam negeri. Maka untuk menyesuaikan kurs mata
uang dilakukan kebijakan devaluasi. Yaitu menurunkan nilai mata uang dalam
negeri terhadap mata uang luar negeri (asing).
ALASAN, TUJUAN DAN AKIBAT DEVALUASI
1. Alasan Devaluasi:
karena telah terjadi ketidak-seimbangan (defisit) neraca pembayaran.
Dalam persetujuan
perjanjian IMF. Artikel IV section 5 9a) dan (f) disebutkan bahwa
“negara-negara anggota menyetujui untuk tidak perlu menyampaikan usul pada IMF
mengenai perubahan paritas kurs mata uangnya, kecuali bila dianggap perlu
melakukan koreksi atas suatu disekuilibrium fundamental neraca pembayaran. IMF
sendiri akan menyetujui perubahan kurs itu apabila IMF menganggap perbaikan itu
perlu dijalankan”.
2. Tujuan Devaluasi
:
(1) Untuk
merangsang perluasan ekspor akibat penerimaan yang bertambah dari para
eksportir
(2) Untuk
menurunkan impor karena bertambah mahal akibat kenaikan kurs.
(3) Dengan
meningkatnya ekspor dan menurunnya impor maka neraca pembayaran seimbang (tidak
defisit) dan diharapkan cadangan devisa akan bertambah.
3. Akibat Devaluasi
Harga
barang-barang yang menggunakan bahan baku impor akan naik akibat naiknya kurs
dan pada akhirnya harga barang-barang lain juga akan naik.
5. ASPEK SOLVABILITAS NERACA
PEMBAYARAN LUAR NEGERI
Bagaimana
peran ekspor-impor terhadap perekonomian nasional bisa dilihat dari berbagai
indikator, seperti : (1) saldo transaksi berjalan, (2) rasio ekspor-impor
terhadap PDB dan (3) dinilai tukar perdagangan (terms of trade)
1. Perkembangan Saldo Transaksi
Berjalan
Transaksi Berjalan (TB) adalah
perhitungan antara saldo ekspor-impor barang dengan saldo ekspor-impor jasa
atau kalau digabung TB adalah perhitungan antara ekspor barang dan jasa dengan
impor barang dan jasa.
Perkembangan
Ekspor, Impor dan
Saldo TB
(1973-1990) (dalam juta $)
Periode
|
Ekspor Barang dan Jasa
|
Impor Barang dan Jasa
|
Saldo TB, Termasuk Off
Transfer
|
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
|
3,306
7,464
7,025
8,774
10,929
11,327
15,552
22,241
24,878
21,274
19,866
22,152
20,139
15,972
18,832
21,370
25,411
29,455
|
3,836
6,915
8,160
9,696
11,006
12,754
14,602
19,432
25,694
26,732
26,318
24,175
22,150
20,142
21,187
23,021
26,858
32,038
|
-476
598
-1,109
-907
-51
-1,413
980
3,011
-566
-5,324
-6,338
-1,856
-1,923
-3,911
-2,098
-1,397
-1,108
-2,369
|
Sumber : IMF, International Financial Statistic
(dikutip dari : Tulus T. H. Tambunan, 1996).
Hampir setiap tahun TB mengalami
saldo defisit ( - ) kecuali pada tahun-tahun 1974, 1979 dan 1980 yaitu pada
masa oil boom I dan II.
2. Rasio Ekspor Impor terhadap PDB
Besar
kecilnya rasio ekspor impor terhadap PDB menunjukkan besar-kecilnya peranan
atau sumbangan perdagangan luar negeri terhadap PDB. Makin bsar rasio ekspor
impor terhadap PDB, makin besar sumbangan ekspor impor terhadap PDB, yang
berarti pula makin besar pengaruh perdagangan luar negeri terhadap perekonomian
nasional.
Tahun 1980
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar $69,800 miliar, nilai ekspor saat
itu $21,909 miliar dan nilai impor $10,909 maka kalau kita hitung rasio ekspor
– impor erhadap PDB pada tahun 1980 sebesar 47,0%. Rasio itu pada tahun
1996/1997 meningkat menjadi 55,7%, karena saat itu jumlah PDB sebesar $231,400
miliar, sedang total nilai ekspor + impor sebesar $128,913 miliar.
Besarnya %
nilai ekspor dan impor terhadap PDB tersebut menunjukkan bahwa keterpaduan
ekonomi Indonesia masih lemah. Ekonomi Indonesia sangat tergantung pada ekonomi
luar negeri.
6. EFEK NILAI TUKAR PERDAGANGAN (TERMS
OF TRADE)
Pengaruh
Perdagangan luar negeri dapat diketahui melalui indikator indeks nilai tukar
perdagangan (terms of trade) perubahan terms of trade (TOT) dari tahun ke tahun
akan mempengaruhi besarnya pendapatan domestik bruto (GDY = Gross Domestic
Yield). Untuk mengetahui berapa besar pengaruh TOT terhadap GDY, maka perlu
dilakukan prosedur sebagai berikut : (Suseno, 1995).
1) Menentukan indeks harga ekspor (Px)
dan indeks harga impor (Pm).
XB MB
Px = --------- . 100% ; Pm = --------- . 100%
XK MK
Keterangan
:
XB = ekspor harga berlaku
XK = ekspor harga konstan
MB = impor harga berlaku
MK - impor harga konstan
2) Menentukan indeks nilai tukar atua
terms of trade (TOT)
Px
TOT =
------- . 100%
Pm
3) Menentukan nilai kapasitas impor (Cm),
yaitu kemampuan mengimpor barang-barang dari luar negeri berdasarkan nilai
ekspor.
XB XK
Cm = ------- . 100%, atau ------- . TOT
Pm 100
4) Menentukan efek nilai tukar
perdagangan luar negeri (ENT)
ENT = Cn – XK
5) Menentukan nilai Pendapatan
Domestik Bruto (GDY)
GDY = PDB +
ENT
Contoh Perhitungan :
Tabel Ekspor
Impor menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan 1993 (miliar rupiah)
Uraian
|
1998
|
2002
|
Ekspor harga berlaku (XB)
Ekspor harga konstan (XK)
Impor harga berlaku (MB)
Impor harga konstan (MK)
PDB s/d harga konstan 1993
|
506.244,8
134.707,2
413.058,1
132.400,7
376.374,7
|
559.941,9
116.907,1
459.631,1
97.985,1
426.740,5
|
Perhitungan
ENT dan GDY 1998, 2002 (miliar rupiah)
Uraian
|
1998
|
2002
|
Indeks harga berlaku (Px)
Indeks harga konstan (Pm)
Term of Trade (TOT)
Kapasitas Impor (Cm)
Efek Nilai Tukar (ENT)
GDY s/d harga 1993
|
375,8%
312,0%
120,5%
162.258,0
27.550,8
403.925,5
|
487,5%
469,1%
103,9%
121.496,9
4.589,8
431.330,3
|
Harga
ekspor dan impor konstan 2002 lebih kecil dibandingkan harga ekspor dan impor
konstan 1998, menyebab TOT menurun dari 120,5 (1998) menjadi 103,9 (2002),
sehingga ENT tahun 2002 hanya Rp 4.589,8 miliar dibandingkan ENT tahun 1998
sebesar Rp 27.550,8 miliar.
7. ANALISIS KEBIJAKAN NERACA
PEMBAYARAN LN
Kebijakan
ekonomi internasional dalam arti luas adalah tindakan/ kebijakan ekonomi
pemerintah yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi,
arah serta bentuk dari pada perdagangan dan pembayaran internasional.
Dalam
arti sempit kebijakan ekonomi internasional adalah tindakan/ kebijakan ekonomi
pemerintah yang secara langsung mempengaruhi perdagangan dan pembayaran
internasional.
Instrumen
kebijakan ekonomi internasional meliputi : (1) kebijakan perdagangan
internasional; (2) kebijakan pembayaran internasional; (2) kebijakan bantuan
luar negeri.
1) KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
a. Cakupan kebijakan meliputi tindakan
pemerintah terhadap transaksi-transaksi dalam
b. TINDAKAN/
KEBIJAKAN PEMERINTAH :
(1) Mengundangkan
UU No.5/ 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat: untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing usaha;
(2) Menurunkan
tarif pajak ekspor (beberapa produk tertentu): untuk meningkatkan daya
saing.
(3) Mendirikan
PT. Bank Ekspor Indonesia (BEI): menyediakan pembiayaan, penjaminan, jasa
konsultasi dan usaha lain untuk meningkatkan ekspor.
2) KEBIJAKAN PEMBAYARAN INTERNASIONAL
a. Kebijakan ini meliputi tindakan/
kebijakan pemerintah rekening modal (Modal di Luar Sektor Moneter): menyangkut
lalu lintas modal masuk dan keluar.
b. Tindakan/
kebijakan pemerintah :
1. Penghapusan
pembatasan penanaman modal asing (PMA): di bidang perkebunan kelapa sawit,
perdagangan eceran dan grosir.
2. Pengesahan
kerangka kerja sama investasi antar ASEAN
3. Mengundangkan
UU No. 24/ 1999 tentang lalu lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar
4. Peraturan
BI, PBI No.1/9/PBI/1999: ketentuan mengenai kewajiban pelaporan lalu lintas
(kegiatan) devisa melalui Bank dan LKBB.
3) KEBIJAKAN BANTUAN LUAR NEGERI
a. Kebijakan bantuan luar negeri
adalah tindakan/ kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan bantuan (grants),
pinjaman (loans):
b. Tindakan/
kebijakan pemerintah :
Pemerintah
bersama bank Indonesia meneruskan upaya penyelesaian masalah utang luar negeri
dan dalam negeri salah satu penyelesaian utang luar negeri adalah :
(1) Pemerintah
melanjutkan kesepakatan Frankfrut 4 Juni 1998 mengenai restrukturisasi utang
jangka pendek antar bank melalui pertemuan di London 29 Maret 1999.
(2) Hasil
kesepakatan pertemuan London: menukarkan utang luar negeri antar bank (exchange
offer) yang jatuh tempo antara 1-4-1999 s/d 31-12-2001 dengan utang baru yang
jatuh tempo antara tahun 2002 hingga tahun 2005.
(3) Fasilitas
yang diberikan kepada para debitor dan kreditor untuk menyelesaikan masalahnya
melalui PRAKASA JAKARTA dan INDRA (Indonesia Debt Restruturing Gency)
4. Peran Kurs Valuta Asing
Kurs valuta asing sering
diartikan sebagai banyaknya nilai mata uang suatu negara (rupiah misalnya) yang
harus dikeluarkan/ dikorbankan untuk mendapatkan satu unit nilai uang asing
(dollar misalnya). Sehingga dengan kata lain, jika kita gunakan contoh rupiah
dan dollar, maka kurs valuta asing
adalah nilai tukar yang menggambarkan banyaknya rupiah yang harus dikeluarkan
untuk mendapatkan satu unit dollar dalam kurun waktu tertentu. Kurs valuta
asing adalah harga valuta asing, dinyatakan dalam valuta sendiri. Misalnya US $
1.00 = Rp. 10.000,-
Penentuan Kurs Valuta Asing
Pada dasarnya ada tiga sistem atau cara untuk menentukan tinggi-rendahnya
kurs atau nilai tukar valuta asing:
- Kurs tetap, karena dikaitkan dengan emas sebagai standard atau patokannya.
- Kurs bebas, yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran valuta asing di pasaran bebas, lepas dari kaitan dengan emas. Dalam hal ini kurs bisa naik – turun dengan bebas. Dewasa ini orang bicara tentang kurs mengambang (floating rates)
- Kurs dibuat stabil berdasarkan perjanjian internasional yaitu ditetapkan oleh pemerintah/bank sentral dalam perbandingan tertentu dengan dollar atau emas sebagai patokan.
Sebab-sebab perubahan permintaan dan penawaran valuta asing diantaranya :
- Perubahan selera masyarakat terhadap komoditi luar negeri
Semakin banyak
masyarakat Indonesia menyukai dan membutuhkan barang luar negeri, maka
kebutuhan akan mata uang asing ($) akan semakin banyak pula untuk mendapatkan
barang dari luar tersebut.
- Perubahan iklim investasi dan tingkat bunga
Perubahan iklim
investasi yang semakin aman dan menarik dapat menyebabkan arus modal asing
makin banyak yang masuk, yang berarti penawaran modal asing berupa dolar
meningkat.
- Perubahan tingkat inflasi
Inflasi yang
tinggi dapat menyebabkan komoditi ekspor kita kurang dapat bersaing di pasaran
dunia. Karena dengan adanya inflasi yang tinggi, harga ekspor akan terasa
mahal. Akibatnya jarang yang mau membeli komoditi ekspor kita. Hal ini identik
dengan menurunnya penawaran dollar untuk membeli ekspor kita tersebut.
- Iklim investasi
Prospek dan
iklim investasi yang menarik (aman dan tingkat penghasilan yang tinggi) di
Indonesia akan turut mempengaruhi banyak tidaknya penawaran dollar ke
Indonesia. Semakin menarik maka nilai rupiah akan semakin tinggi (apresiasi).
Pasar valuta asing adalah suatu pasar yang unik karena:
• volume perdagangannya
• likuiditas pasar yang teramat besar
• banyaknya serta variasi dari pedagang di pasar valuta asing
• geografis penyebarannya
• jangka waktu perdagangannya yang 24 jam sehari (kecuali akhir pekan)
• aneka ragam faktor yang memengaruhi nilai tukar mata uang
• volume perdagangannya
• likuiditas pasar yang teramat besar
• banyaknya serta variasi dari pedagang di pasar valuta asing
• geografis penyebarannya
• jangka waktu perdagangannya yang 24 jam sehari (kecuali akhir pekan)
• aneka ragam faktor yang memengaruhi nilai tukar mata uang
Menurut BIS, rata-rata perputaran pasar valuta asing dunia per hari
diestimasikan bernilai $3,21 trilliun, yang terbagi atas:
• $1005 milliar di transaksi spot
• $362 milliar di pasar kontrak serah(forward contract)
• $1714 milliar di pasar swap
• $129 milliar diestimasikan sebagai selisih pelaporan
• $1005 milliar di transaksi spot
• $362 milliar di pasar kontrak serah(forward contract)
• $1714 milliar di pasar swap
• $129 milliar diestimasikan sebagai selisih pelaporan
Sumber :
1. Tambunan,
Tulus, T.H., Dr., Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2001.
2. Nopirin,
Dr., Ekonomi Internasional, …… 1990
3. Kindleberer, Ekonomi
Internasional, Terjemahan oleh Rudy P. Sitompul, Penerbit Erlangga, jakarta,
1983.
4. Hutaba rat,
Roselyne, Dra., Transaksi Ekspor-Impor, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1992.
5. Boediono,
Dr., Ekonomi Internasional, Diterbitkan oleh BPFE, Yogyakarta, 1994.
6. Opposunggu,
H.M.T., Kebijaksanaan Devaluasi di Indonesia, Penerbit Erlangga, jakarta,
1985.
7. Triyono Widodo,
Suseno Hg. Indikator Ekonomi, Dasar Perhitungan Perekonomian Indonesia,
Penerbit Kanisius, 1995.
8. Bank
Indonesia, Laporan Bank Indonesia, Tahun 1998, 1999, 2000, 2001, 2002.
10. http://putrijulaiha.wordpress.com/2011/04/29/peran-kurs-valuta-asing-pada-perekonomian-indonesia/
12. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/03/peranan-kurs-valuta-asing-pada-perekonomian-indonesia/
0 Response to "Peran Sektor Luar Negeri Pada Perekonomian Indonesia"
Posting Komentar