PERKEMBANGAN PENGUNGKAPAN & PELAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SETELAH PENERAPAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARD (IFRS)
PERKEMBANGAN
PENGUNGKAPAN & PELAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SETELAH PENERAPAN
INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARD (IFRS)
1.
Pengertian
IFRS
International
Financial Reporting Standard atau IFRS adalah
pedoman penyusun laporan keuangan yang dapat diterima secara global. IFRS yang
ada saat ini mengalami sejarah yang cukup panjang dalam proses terbentuknya. Mulai
dari terbentuknya IASC / IAFB, IASB, hingga menjadi IFRS seperti yang ada saat
ini. Jika sebuah negara menggunakan IFRS, berarti negara tersebut telah
mengadopsi sistem pelaporan keuangan yang berlaku secara global sehingga
memungkinkan pasar dunia mengerti tentang laporan keuangan perusahaan di negara
tersebut berasal.
Sejak tahun
1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar
akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya. Dalam perkembangan
selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi
adopsi dalam rangka konvergensi dengan International
Financial Reporting Standard (IFRS). Dalam perkembangannya, standar
akuntansi keuangan terus direvisi secara berkesinambungan, baik berupa
penyempurnaan maupun penambahan standar baru sejak tahun 1994.
Dengan mengadopsi
IFRS, perusahaan-perusahaan di indonesia dapat meningkatkan daya informasi dari
laporan keuangan. Selain itu, pengadopsian IFRS diharapkan dapat memberikan
kemudahan dalam pemahaman laporan keuangan dengan menggunakan SAK (Standar
Akuntansi Keuangan) yang dikenal secara internasional, serta meningkatkan arus
investasi global dan menurunkan biaya modal melalui pasar modal global. Indonesia
sendiri memiliki tiga pilar standar akuntansi, yaitu standar akuntansi
indonesia, SAK-ETAP, dan standar akuntansi syariah. IFRS hanya diadopsi untuk
standar akuntansi keuangan.
IFRS
memiliki karakteristik diantaranya :
1. IFRS
menggunakan “Principles Base” sehingga lebih menekankan pada interpretasi dan
aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada spirit penerapan prinsip
tersebut.
2. Standar
membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah presentasi
akuntansi mencerminkan realitas ekonomi.
3. Membutuhkan
profesional judgment pada penerapan standar akuntansi
4. Menggunakan
fair value dalam penilaian
5. Mengharuskan
pengungkapan (disclosure) yang lebih banyak
FASB
mengidentifikasi sejumlah perbedaan antara IFRS dan U.S. GAAP. Perbedaan tersebut
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Perbedaan
Definisi. Perbedaan defini muncul walaupun konsepnya sama, perbedaan definisi
ditunjukan pada perbedaan pengakuan atau pengukuran
2. Perbedaan
Pengakuan. Perbedaan kriteria pengakuan atau petunjuk berhubungan dengan :
·
Apakah suatu item diakui atau tidak · Bagaimana item tersebut diakui
· Waktu pengakuan (perbedaan waktu)
3. Perbedaan
pengukuran. Perbedaan dalam pendekatan untuk menentukan jumlah hasil pengakuan
dari :
·
Perbedaan dalam metode yang diperlukan · Perbedaan dalam petunjuk dalam menerapkan metode yang sama
4. Alternatif.
Sebuah standar menyediakan pilihan antara dua atau lebih metode, sedangkan
standar yang lain mengharuskan sebuah metode spesifik untuk digunakan :
5. Kurangnya
syarat atau petunjuk. IFRS mungkin tidak mencakup isu dalam U.S. GAAP begitu
pulasebaliknya
6. Perbedaan
presentasi. Perbedaan presentasi item dalam laporan keuangan
7. Perbedaan
pengungkapan. Perbedaan informasi ditunjukan atas cataatn laporan keuangan yang
berhubungan dengan :
·
Apakah sebuah pengungkapan dharuskan
atau tidak · Kebiasaan dalam pengungkapan yang mana diharuskan untuk dibuat
Dalam
banyak kasus IFRS lebih fleksibel daripada U.S. GAAP, lagi pula lebih banyak
judgment yang diharuskan dalam menerapkan IFRS. IFRS dikatakan sebagai principle Base accounting system (broad
principle with limited detailed rules) dan U.S. GAAP sebagai rule-based system. Namun, dalam beberapa
kasus IFRS lebih detail daripada U.S. GAAP (Doupnik dan Perera, 2007).
Dewan
penasihat IAI, Herwidayatmo menyatakan bahwa penerapan IFRS di Indonesia harus
menggunakan skala prioritas, yaitu dengan mengutamakan perusahaan besar yang
merupakan perusahaan terbuka. Menurutnya, untuk perusahaan menengah dan kecil
dengan skala lokal belum menerapkan IFRS mengingat adanya peraturan SAK-ETAP.
2.
Konvergensi
IFRS
Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI)sebagai wadah profesi akuntansi di indonesia selalu tanggap
terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang mempengaruhi
dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan
pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga
kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar
akuntansi keuangan di Indonesia.
Tonggak sejarah
pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada
masa itu pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi
yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku “Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)”.
Kemudian tonggak
sejarah keua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu,komite PAI melakukan revisi
secara mendasar PAI 1973 dan kemudian mengkodfikasikannya dalam buku “Prinsip
Akuntansi Indonesia 1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi
dengan perkembangan dunia usaha.
Berikutnya pada
tahun 1984, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan melakukan
kodifikasi dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994”. Sejak
tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan
standar akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya. Dalam perkembangan
selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi
adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial Reporting
Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai konvergensi dengan
IFRS direncanakan dapat terlaksana dalam beberapa tahun kedepan.
Dalam perkembangannya,
standar akuntansi keuangan terus direvisi secara berkesinambungan, baik berupa
penyempurnaan maupun penambahan standar baru sejak tahun 1994. Proses revisi
telah dilakukan enam kali, yaitu pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1
Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1 September 2007. Buku “Standar
Akuntansi Keuangan per 1 September 2007” ini di dalamnya sudah bertambah
dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan
5 PSAK revisi. Secaar garis besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK dan
7 ISAK.
Untuk dapat
menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan penyusunnya terus
dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Awalnya cikal bakal
badan penyusun standar akuntansi adalah Panitia Penghimpunan Badan-badan dan
Struktur dari GAAP dan GAAS yang dibentuk pada tahun 1973. Pada tahun 1974
dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun dan
mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah bertugas selama
empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga tahun 1994 dengan
susunan personel yang terus diperbaruhi. Selanjutnya pada periode kepengurusan
IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi
Keuangan (Komite SAK).
Kebutuhan akan
akses informasi yang tidak terbatas dan intens termasuk dalam laporan keuangan,
merupakan konsekuensi yang harus dihadapi bidang akuntansi. Melihat akan
kebutuhan ini Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), sebagai organisasi yang
berwenang dalam membuat standar akuntasi di Indonesia, memutuskan untuk
melaksanakan program adaptasi dan harmonisasi standar akuntansi internasional
IFRS. Pengadopsian penuh IFRS di Indonesia dimulai pada tahun 2012. Pengadopsian
ini merubah kiblat standar akuntansi Indonesia yang semula mengacu pada Rule Based (berbasis aturan ) menjadi Principal Based (berbasis prinsip).
Menurut Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), tingkat pengadopsian IFRS dibedakan menjadi
5 tingkat :
1. Full
Adoption, suatu negara mengadopsi seluruh standar IFRS dan menerjemahkan IFRS
sama persis ke dalam bahasa negara tersebut gunakan
2. Adopted,
program konvergensi PSAK ke IFRS telah direncanakan IAI pada Desember 2008. Adopted
maksudnya adalah mengadopsi IFRS namun disesuaikan dengan kondisi di negara
tersebut.
3. Piecemeal,
suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar nomor IFRS yaitu nomor standar
tertentu dan memilih paragraf tertentu saja
4. Referenced
(convergence), sebagai referensi, standar yang diterapkan hanya mengacu pada
IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf yang disusun sendiri oleh badan
pembuat standar
5. Not
adopted at all, suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS
Dalam
melakukan monvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi, yaitu big bang
strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS
sekaligus, tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh
negara-negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan
secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara-negara berkembang seperti
indonesia. Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia,
yaitu :
1. Tahap
Adopsi (2008-2011), meliputi aktiitas dimana seluruh IFRS diapdopsi ke PSAK,
persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang
berlaku
2. Tahap
Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap
persiapan infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya dilakukan penerapan secara
bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS
3. Tahap
Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS secara
bertahap. Kemudian dilakukan evalusi terhadap dampak penerapan PSAK secara
komprehensif
Dengan dilakukannya konvergensi PSAK ke IFRS maka :
1. Mengurangi
peran dari badan otoritas dan panduan terbatas pada industri-industri spesifik
2. Pendekatan
terbesar pada subtansi atas transaksi dan evaluasi dimana merefleksikan
realitas ekonomi yang ada
3. Peningkatan
daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang berkualitas di
pasar modal internasional
4. Menghilangkan
hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan
pelaporan keuangan
5. Mengurangi
biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis
keuangan bagi para analis
6. Meningkatkan
kualitas pelaporan keuangan menuju “best practise”.
Secara rinci manfaat adopsi IFRS adalah sebagai berikut :
1. Memudahkan
pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar Akuntansi Keuangan
yang dikenal secara internasional (enhance comparability)
2. Meningkatkan
arus investasi global melalui transparansi
3. Menurunkan
biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara
global. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan
4. Meningkatkan
kualitas laporan keuangan, dengan antara lain, mengurangi kesempatan untuk
melakukan earning management
3.
Pengungkapan
Pelaporan Keuangan Perusahaan Sebelum dan Setelah IFRS
·
Sebelum
Penerapan IFRS
Tonggak sejarah munculnya standar akuntansi di Indonesia diawali dari munculnya pergerakan pasar saham diIndonesia yaitu tahun 1973, pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kondisifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku yang disebut “Prinsip Akuntansi Indonesia”. Dari tahun ke tahun semakin berkembang sejalan dengan perkembangan dunia bisnis di Indonesia.
Dari serangkaian proses harmonisasi standar dengan standar internasional, konvergensi terhadap IFRS merupakan hal baru dan menjadi pencetus munculnya paradigma baru perkembangan standar di Indonesia. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa mulai 1 Januari 2012, beberapa perusahaan, termasuk di dalamnya perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) harus menerapkan standar akuntansi berbasisi IFRS. Ada perbedaan antara standar akuntansi sebelum dan setelah penerapan SAK-IFRS. Salah satunya adalah penggunaan basis pengakuan terhadap aset yang digunakan perusahaan, dimana sebelum penerapan IFRS menggunakan historical cost. historical cost yaitu merupakan jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diserahkan atau memperoleh asset pada saat perolehan atau konstruksi, atau jika dapat diterapkan jumlah yang dapat distribusikan langsung ke asset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu (PSAK 19, revisi 2009). Kelemahan dari historical cost adalah kurang mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Hal ini biasanya memungkinkan peluang pihak menejemen untuk melakukan manajemen laba. Misalnya pada kondisi terburuk yaitu kinerja perusahaan sedang tidak bagus maka nilai asset yang nilai wajar asset tersebut pada tanggal pelaporan lebih besar dari nilai tercatatnya maka pihak manajemen akan berupaya menjual asset tersebut. Sehingga muncul keuntungan atas penjualan asset yang ilaporkan dalam laporan laba rugi perusahaan.
Komponen Laporan Keuangan sebelum Konvergensi IFRS:
Tonggak sejarah munculnya standar akuntansi di Indonesia diawali dari munculnya pergerakan pasar saham diIndonesia yaitu tahun 1973, pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kondisifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku yang disebut “Prinsip Akuntansi Indonesia”. Dari tahun ke tahun semakin berkembang sejalan dengan perkembangan dunia bisnis di Indonesia.
Dari serangkaian proses harmonisasi standar dengan standar internasional, konvergensi terhadap IFRS merupakan hal baru dan menjadi pencetus munculnya paradigma baru perkembangan standar di Indonesia. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa mulai 1 Januari 2012, beberapa perusahaan, termasuk di dalamnya perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) harus menerapkan standar akuntansi berbasisi IFRS. Ada perbedaan antara standar akuntansi sebelum dan setelah penerapan SAK-IFRS. Salah satunya adalah penggunaan basis pengakuan terhadap aset yang digunakan perusahaan, dimana sebelum penerapan IFRS menggunakan historical cost. historical cost yaitu merupakan jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diserahkan atau memperoleh asset pada saat perolehan atau konstruksi, atau jika dapat diterapkan jumlah yang dapat distribusikan langsung ke asset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu (PSAK 19, revisi 2009). Kelemahan dari historical cost adalah kurang mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Hal ini biasanya memungkinkan peluang pihak menejemen untuk melakukan manajemen laba. Misalnya pada kondisi terburuk yaitu kinerja perusahaan sedang tidak bagus maka nilai asset yang nilai wajar asset tersebut pada tanggal pelaporan lebih besar dari nilai tercatatnya maka pihak manajemen akan berupaya menjual asset tersebut. Sehingga muncul keuntungan atas penjualan asset yang ilaporkan dalam laporan laba rugi perusahaan.
Komponen Laporan Keuangan sebelum Konvergensi IFRS:
- Neraca
- Laporan Laba Rugi
- Laporan Perubahan Modal
- Laporan Arus Kas
- Catatan Atas Laporan Keuangan
·
Setelah
Penerapan IFRS
Indonesia
yang merupakan full member dari IFAC dan
juga anggota dari WTO. Tanggapan
Indonesia terhadap IFRS di bidang standar profesi, IAI mendukung harmonisasi
standar akuntansi melalui adopsi dan adaptasi AIS (Soedarjono, 1998).
Sedangkan setelah penerapan IFRS
menggunakan fair Value.
Dengan
diimplementasikannya IFRS menggantikan PSAK yang terdahulu, menimbulkan dampak
terhadap sistem akuntansi dan pelaporan sebagai berikut. Pertama, penyajian
laporan keuangan, yaitu konsep Other Comprehensive Income (OCI) di dalam laba
rugi komprehensif; perubahan definisi-definisi seperti kewajiban (liabilitas)
dan hak minoritas menjadi bagian non pengendali (non-controlling interest); pos
luar biasa tidak lagi diperbolehkan; klasifikasi instrumen keuangan; dan perubahan
nama laporan keuangan.
Kedua,
pengukuran laporan keuangan, yaitu peningkatan penggunaan nilai wajar (fair
value); standar IFRS lebih condong kepada penggunaan nilai wajar, terutama
untuk properti investasi, beberapa aset tak berwujud, aset keuangan, dan aset
biologis. Dengan demikian, diperlukan sumber daya yang kompeten untuk
menghitung nilai wajar atau bahkan perlu menyewa jasa konsultan penilai,
terutama untuk aset-aset yang tidak memiliki nilai pasar aktif; penggunaan
estimasi dan “judgement”; akibat karakteristik IFRS yang lebih berbasis
prinsip, akan lebih banyak dibutuhkan “judgement” untuk menentukan bagaimana suatu
transaksi keuangan dicatat.
Ketiga,
pengungkapan, yaitu persyaratan pengungkapan yang lebih banyak dan lebih rinci;
IFRS mensyaratkan pengungkapan berbagai informasi tentang risiko, baik
kualitatif maupun kuantitatif; dan pengungkapan dalam laporan keuangan harus
sejalan dengan data /informasi yang dipakai untuk pengambilan keputusan yang
digunakan oleh manajemen.
Komponen laporan
keuangan setelah IFRS:
·
Laporan Posisi Keuangan
·
Laporan Laba Rugi Komprehensif
·
Laporan Perubahan Ekuitas
·
Laporan Arus Kas
·
Catatan Atas Laporan Keuangan
4.
Pengungkapan
Laporan Keuangan Terbaik Di Indonesia
Laporan keuangan
merupakan bahasa yang digunakan oleh komunitas bisnis. Bahasa bisnis tersebut
disusun berdasarkan standar akuntansi yang merupakan aturan-aturan pengukuran
untuk laporan keuangan. Dalam perkembangannya, terdapat banyak dan berbedanya
standar akuntansi yang berlaku sehingga menimbulkan masalah keterbandingan
laporan keuangan. Kondisi ini tentu dapat dipahami karena dalam proses
penyusunan standar akuntansi di suatu negara tidak terlepas dari pengaruh
faktor-faktor lokal suatu negara (Wolk et al., 2001: 4)
Francis et al.
(2004) menyebutkan bahwa kualitas pelaporan keuangan dapat dipandang melalui
dua kelompok besar artribut kualitas pelaporan keuangan (second order), yaitu
atributatribut berbasis akuntansi (accounting based attributtes) dan atribut-atribut
berbasis pasar (market based attributes). Atribut kualitas pelaporan keuangan
berbasis akuntansi adalah kualitas akrual, persistensi, prediktabilitas dan
perataan laba, sedangkan atribut kualitas pelaporan berbasis pasar adalah
relevansi nilai, ketapatwaktuan dan konservatisme. Variabel kualitas pelaporan
keuangan berbasis akuntansi diukur hanya dengan menggunakan informasi
akuntansi,sedangkan variabel kualitas pelaporan keuangan berbasis pasar
didasarkan pada hubungan antara data pasar dan akuntansi, seperti yang telah
diungkapkan oleh Fanani (2009).
Bagi sebuah
perusahaan, menjaga dan meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu keharusan
agar saham tersebut tetap eksis dan tetap diminati oleh investor. Kinerja
keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat oleh calon
investor untuk menentukan investi saham. mempunyai fungsi sebagai sarana
informasi, alat pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan,
penggambaran terhadap indikator keberhasilan perusahaan dan sebgai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Harahap, 2004).
Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) mengumumkan penghargaan kepada perusahaan dengan laporan
keuangan terbaik dalam ajang tahunan Annual Report Award (ARA) 2014. Penghargaan diberikan berdasarkan praktik
Good Corporate Governance (GCG). Juara umum dari penghargaan ini adalah PT
Aneka Tambang Tbk (ANTM).
ARA
terselenggara atas kerjasama 7 instansi penyelenggara yaitu OJK, Kementerian
BUMN, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak, Komite Nasional Kebijakan
Governance, BEI, dan Ikatan Akuntan Indonesia.
Proses penjurian
dilakukan melalui tahapan penilaian atas Laporan Tahunan dari seluruhpeserta
yang dilakukan dengan beberapa tahapan cek dan ricek. Selanjutnya, dari hasil
penilaian tersebut Dewan Juri menentukan nominasipemenang dari setiap kategori
untuk masuk tahap wawancara. Berdasarkan tahap-tahap penilaian tersebut
pemenang ARA 2014 ditetapkan.
Kriteria
penilaian ARA direview setiap tahun dan disesuaikan dengan perkembangan terkini
dari praktik GCG. Sehingga, diharapkan praktik corporate governance di
Indonesia akan terus meningkat sejalan dengan dinamika perkembangan standar dan
praktik GCG. Pada ARA 2014 ini, sejumlah perubahan dilakukan untuk
menyelaraskan kriteria penilaian dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan
terkait dengan peraturan tentang tata kelola dan kriteria ASEAN corporate
governance scorecard yang dilaksanakan dalam kerangka Asean Capital Market
Forum (ACMF) sebagai bagian dari proses pelaksanaan program ASEAN economic
community yang dilaksanakan pada tahun 2015. Beberapa kriteria baru antara lain
pengungkapan mengenai keberagaman komposisi dewan komisaris dan direksi dan
pengungkapan nama dan persentase kepemilikan 20 pemegang saham terbesar.
Terdapat 11 kategori pemenang dalam
ARA 2014 yang diurutkan dari juara satu sampai tiga sebagai berikut:
A.
Keuangan
BUMN Keuangan Listed (BKL):
1. PT
Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)
2. PT
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
3. PT
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN)
B.
BUMN
Non Keuangan Listed (BNKL):
1. PT
Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM)
2. PT
Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR)
3. PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM)
C.
Private
Keuangan Listed (PKL):
1. PT
Bank Victoria International Tbk
2. PT
Bank Central Asia Tbk (BBCA)
3. PT
Adira Dinamika Multifinance Tbk (ADMF)
D.
Private
Non Keuangan Listed (PNKL):
1. PT
Wijaya Karya Beton Tbk (WTON)
2. PT
Elnusa Tbk (ELSA)
3. PT
AKR Corporindo Tbk (AKRA)
E.
BUMN
Keuangan Non Listed (BNKL):
1. PT
Asuransi Jasa Indonesia (Persero)
2. Perum
Jaminan Kredit Indonesia
3. PT
Taspen (Persero)
F.
BUMN
Non Keuangan Non Listed (BNKNL):
1. PT
Pertamina (Persero)
2. PT
Angkasa Pura II (Persero)
3. PT
Bio Farma (Persero)
G.
Private
Keuangan Non Listed (PKNL):
1. PT
Bank BNI Syariah
2. PT
Bank Syariah Mandiri
3. PT
Bank Mayora
H.
Private
Non Keuangan Non Listed (PNKNL):
1. PT
Pupuk Kalimantan Timur
2. PT
Pelayanan Listrik Nasional Batam
3. PT
Garuda Maintenance Facility Aeroasia
I.
BUMD
Listed (BUMDL):
1. PT
Bank DKI
2. PT
BPD Jawa Barat dan Banten Tbk
3. PT
BPD Nusa Tenggara Timur.\
J.
BUMN
Non Listed (BUMDNL):
1. PT
BPD Sumsesl dan Babel
2. PT
BPD Jawa Tengah
3. PT
BPD Kalimantan Barat
K.
Dana
Pensiun (Dapen):
1. Dana
Pensiun Bank Indonesia
2. Dana
Pensiun PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)
3. Dana
Pensiun PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
REFERENSI
- Dewanti, Devi Kharisma. 2015. Studi Perbandingan Tingkat Kepatuhan Adopsi International Financial Reporting Standart (IFRS) di 12 Negara. Semarang.
- Lestari, Yona Octiana. Konvergensi Internatioanl Financial Reporting Standards (IFRS) dan Manajemen Laba di Indonesia. Malang
- Maiyarni, reka. 2014. Pengaruh Penerapan International Financial Reporting Standards (IFRS) Terhadap Nilai Perusahaan. Vol. 3 No.1, 2014
- Maya Aristiya, dan Maria, 2014, Analisis Perbedaan Tingkat Konservatisme Akuntansi Laporan Keuangan Sebelum dan Sesudah Konvergensi IFRS. Fakultas Ekonomi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta
- Pradhana. Analisis Perkembangan prospek dan risiko BUMN yang terdaftar di BEI sebelum dan setelah penerapan SAK IFRS.
- Saputra, Bobby Wiryawan Saputra dan Hermawan, Agus. Perkembangan International Financial Reporting Standart (IFRS) dan penerapan di Indonesia.
- Sianipar, dan Glory Augutsa. 2013. Analisis Komparasai Informasi Akuntansi Sebelum dan Sesudah Pengadoposian Penuh IFRS di Indonesia. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013.
- Wiyani, dan Natalia Titiek. Standarisasi, Harmonisasi dan Konvergensi IFRS (International Financial Reporting Standart and practices).
- Zamzi, dan Faiz. Perkembangan International reporting Standards (IFRS) di Indonesia
Tulisan
Ini Untuk Memenuhi Tugas Softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional.
Dosen:
Jessica Barus, SE., MMSI.
Nama:
Y. Rizkia Budi
Universitas
Gunadarma
Read Users' Comments (0)